Cerita Seks Seorang Pembantu Malam itu aku pulang dari kantor jam 10.00 WIB, sampai di rumah, kudapati rumahku
kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku pasti sedang
sekolah semua. Akupun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak 5
menit berjalan kaki dari rumahku. Biasanya kalau tidak ada di rumah,
isteriku sering main ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan
ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.
Sampai di rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Enny, sedang memasak.
Kutanya Enny, "En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?"
"Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya" jawab Enny.
"Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?" Tanyaku lagi.
"Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)"
"Oooh" sahutku pendek.
"Masak
apa En? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku
langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang
aduhai itu.
"Ini Pak, sayur sop"
Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.
"Pak Irwan ngeliatin apa sih" Tanya Enny.
Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab,
"Ngeliatin pantat kamu En. Kok bisa seksi begitu sih En?"
"Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede"
"Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu En"
"Lain gimana sih Pak?" tanya Enny, sambil matanya melirik kearahku.
Aku yakin, saat itu memang Enny sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi.
Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, "Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi tepos"
"Terus, kalo saya gimana Pak?" Tanyanya sambil melirik genit.
Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri.
Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Enny yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.
"Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang", jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.
"Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang" sahut Enny, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.
Mendengar itu, akupun yakin bahwa Enny memang minta aku 'apa-apain'.
Akupun
maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di
pantatnya. Adduuhh, rasanya enak sekali karena Enny memakai rok
berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup
tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat
Enny yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.
"Apaan nih Pak, kok keras? tanya Enny genit.
"Ini namanya sonny En, sodokan nikmat" sahutku.
Saat
itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Ennypun mematikan kompor,
dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku.
Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku
ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan
dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.
Saat
kuremas, Enny sedikit menggelinjang dan mendesah, "Aaahh, Pak" sambil
kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali.
Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya
(walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu), dia
membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah
kami saling belit dalam gelora nafsu kami. TItitku yang tegang
kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku
(kuyakin juga untuk Enny).
Sekitar lima menit, keturunkan tangan
kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun menyentuh CDnya
yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.
Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, "Ssshh, aahh,
Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak"
Dan akupun menarik tangan Enny, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.
Sesampai di kamarnya, Enny langsung memelukku dengan penuh nafsu, "Pak, Enny sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak"
"Kok nggak bilang dari dulu En?" tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.
Dan.. akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.
Kulitnya
memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi
proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar
ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Enny
tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu
persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.
Sekarang
kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD,
sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami
berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit
tubuh Enny meresap ke kulit tubuhku. Kemudian lidahku turun ke
lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan
desahan yang semakin menambah gairahku, "Aahh, Bapak".
Tanganku
melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu.
Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian kujilati
pentil Enny yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali
dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan
lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung
mengeras.
Kurebahkan Enny ditempat tidurnya, dan kulepaskan
CDnya. Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Enny yang
dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tidak
terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah
kemontokan vagina Enny. Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal,
sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya
kemerahan.
"Pak, jangan diliatin aja dong, Enny kan malu" Kata Enny.
Aku
sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan
kepalaku dan bibirkupun menyentuh vagina Enny yang walaupun kakinya
dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir
vaginanya itu. Enny menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di
klitnya. Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina
yang sangat indah ini.
"Enny, memek kamu indah sekali, sayang"
"Pak Irwan suka sama memek Enny? tanya Enny.
"Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak" jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Enny.
"Mulai sekarang, memek Enny cuma untuk Pak Irwan" Kata Enny.
"Pak Irwan mau kan?"
"Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini En?" tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali.
Enny
terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat
kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang
kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.
"Oooh, sshshh, aahh.. Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang"
Sepuluh
menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat
ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas"Pak Irwan.. aahh, Enny nggak
kuat Pak.. sshh"Kurasakan kedua paha Enny menjepit kepalaku bersamaan
dengan itu, kurasakan vagina Enny menjadi semakin basah. Enny sudah
mencapai orgasme yang pertama. Enny masih menghentak-hentakkan
vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari
vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Enny sampai kering. Dia terlihat
puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku
senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.
Tak lama kemudian
dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti
menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai
menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Enny sangat
memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya
yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku. Agak sakit tapi
justru sangat nikmat. Enny terus mengulum kemaluanku, yang semakin lama
semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya
batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan
getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.
"Pak Irwan, Enny masukin sekarang ya Pak?" pinta Enny.
Aku
mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas
kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya
pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku,
yang otomatis menyentuh klitorisnya juga. Kemudian dia arahkan
kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan..
slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Enny
memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.
Aku
merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Enny. Aku harus
berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan
dan kelembaban vagina Enny. Ketika kutekan agak keras, Enny sedikit
meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata, "Pelan dong Pak Irwan,
sakit nih, tapi enak banget". Dia menggoyangkan pinggulnya
sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan
keindahan vaginanya.
Kami terdiam dulu, Enny menarik nafas lega
setelah seluruh kemaluanku 'ditelan' vaginanya. Dia terlihat
konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh
suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali.
Ruaar Biasaa! Kemaluan Enny menyedot kemaluanku!
Belum sempat
aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Ennypun mulai membuat
gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin
cepat dan lincah gerakan Enny. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat
dia 'mengulek' kemaluanku di dalam vaginanya. Enny merebahkan badannya
sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya yangbesar menekan dadaku,
dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir
tidak bertahan.
Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati
dulu vagina Enny yang ternyata ada 'empot ayamnya' ini lebih lama lagi.
Maka, kudorong tubuh Enny ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan
alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut 'kalah' sama dia.
Lalu
kusuruh Enny tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke
vaginanya yang sudah siap menanti 'kekasihnya'. Walaupun masih agak
sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini
kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Enny.
Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Enny yang sangat indah itu.
Dan,
sekali lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Enny.
Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini,
aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala tititku.
"Enny, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang", kataku pada Enny.
"Iya
Pak, Enny juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya
Pak Irwan.., cepetin dong genjotannya Pak" pinta Enny.
Akupun
mempercepat genjotanku pada lobang vagina Enny yang luar biasa itu,
Enny mengimbanginya dengan 'mengulek' pantatnya dengan gerakan memutar
yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya.
Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang
panjang, tubuhku mengejang.
"Enny, hh.. hh, aku keluar sayaang"
Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Enny pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.
"Pak Irwaan, Enny juga keluar paakk, sshh, aahh".
Aku
terkulai di atas tubuh Enny. Enny masih memeluk tubuhku dengan erat,
sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada
taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya.
Kami berciuman.
"Enny, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali" Kataku.
"Pak Irwan suka memek Enny?"
"Suka banget En, abis ada empot ayamnya sih" jawabku sambil mencium bibirnya.
Kembali kami berpagutan.
"Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?" pancing Enny.
"Jauh lebih enak kamu sayang"
Enny tersenyum.
"Jadi, Pak Irwan mau lagi dong sama Enny lain kali. Enny sayang sama Pak Irwan"
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Enny. Pembantu ibuku yang sekarang jadi kekasih gelapku.
Posting Komentar